Senin, 03 Oktober 2011

Lendola-UNDP Bangun Sumur di Tamakh



"Jangan melihat sebagai proyek"



Foto: Tim UNDP dan BPBD ketika memantau sumur di Tamakh


Warga desa Tamakh Kecamatan Pantar Tengah Kabupaten Alor diminta agar kiprah Yayasan Lendola yang bekerja sama dengan UNDP di desa Tamakh, jangan dilihat sebagai suatu proyek. Kehadiran Yayasan Lendola adalah untuk memberikan motifasi, inisiatif dan merangsangkan warga untuk bisa mandiri.

PERMINTAAN ini disampaikan staf UNDP dari Jakarta, Andrias Erawan saat melakukan monitoring dan evaluasi di kantor desa Tamakh, Sabtu (17/09/2011). Selain dari UNDP, tim yang hadir yakni dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Propinsi NTT dan BPBD Kabupaten Alor serta Bappeda Alor.
"Pada dasarnya Yayasan Lendola hadir di sini, jangan melihat sebagai proyek, tetapi ini memberikan inisiatif dan merangsangkan masyarakat untuk bisa mandiri,"katanya.
Irawan mengatakan, dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Yayasan Lendola di desa Tamakh dibutuhkan kontribusi dan kerja sama dari warga, karena yang akan menikmati hasilnya adalah warga desa Tamakh sendiri. Dia mencotohkan, pengerjaan dan renovasi sumur sebaiknya semua masyarakat harus ikut terlibat, karena air semua orang pasti membutuhkannya.
"Satu kepala keluarga (KK) itu berkewajiban untuk bekerja di sumur. Partisipasi masyarakat itulah yang diharapkan,"ujarnya.
Dia mengatakan, program yang telah dijalankan selama ini agar tetap berjalan meskipun pendampingan dari Yayasan Lendola berakhir pada November 2011. Dia berharap, agar setelah 10 bulan program bersama Yayasan Lendola berakhir, namun harus ada program kegiatan yang harus berlanjut.
"Diharapkan jangan sampai 10 bulan program ini selesai, tetapi ini harus terus berjalan. Kita harapkan kalau Yayasan Lendola sudah tidak ada di sini, sumur masih bisa berjalan, biogas juga masih bisa berjalan. Kalau sumur, biogas itu bapak – bapak sendiri yang pakai. Kalau kita ini di Jakarta atau teman – teman di Lendola, tidak mungkin kami ini yang pakai. Kita sangat mengharapkan bisa meneruskan program setelah Yayasan Lendola selesai,"pinta Erawan.
Hal senada juga dikatakan staf UNDP lainnya, Titin. Dia mengharapkan, agar program yang telah dijalankan bersama Yayasan Lendola agar terus berlanjut ke depan dan jangan melihat program ini sebagai kebutuhan sesaat.
"Harus rencana lebih lanjut ke depan dan tidak harus tergantung dengan Yayasan Lendola yang hanya 10 bulan ini, tetapi harus ada program jangka panjang. Bapak bapak yang tinggal di sini. Harusnya bapak-bapak yang lebih aktif lebih mandiri setelah Yayasan Lendola ini tidak ada,"pintanya.

"Kami sangat senang sekali kalau dukungan desa ternyata bagus sekali. Diharapkan ke depan desa ini bisa mandiri. Program ini membutuhkan partisipasi masyarakat yang tinggi dan terus meningkat. Kami harapkan partisipasi masyarakat harus bisa meningkat, karena ini milik kita semua,"katanya.
Dia mengatakan, program ini tentu membutuhkan partisipasi masyarakat dan bekerja secara bersama -sama untuk menyukseskan berbagai program termasuk renovasi enam buah sumur. Sumur ini, katanya, digunakan oleh semua warga desa Tamakh.
"Ini membutuhkan partisipasi bersama untuk sukseskan pengerjaan sumur ini, karena ini digunakan oleh masyarakat semua yang berada di desa Tamakh ini,"katanya.
Seperti disaksikan Alor Pos, tim UNDP ini melakukan monitoring dan evaluasi dengan melihat langsung kegiatan yang dilakukan Yayasan Lendola bersama desa Tamakh seperti renovasi enam buah sumur dan pembuatan biogas. Tim juga bertanya langsung kepada warga tentang sejauhmana program yang telah dijalankan oleh Yayasan Lendola.
Kepala desa Tamakh Yulius Ulu mengatakan, program yang dilakukan ini membuat masyarakat tahu secara pasti akan sebab dan akibat dari suatu keadaan bencana. Dengan melalui pelatihan-pelatihan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) warga semakin maju dan semakin tahu risiko yang akan terjadi dari bencana.
Menurut Ullu, kegiatan yang telah dilakukan dan sudah berhasil yakni pembuatan Perdes tentang penanggulangan pengurangan risiko bencana. Selain itu juga pelatihan pembuatan biogas, pembuatan peta desa, pembentukan forum PRBBK. “Semua jenis kegiatan yang kami jalankan didokumentasikan (foto) untuk diketahui bersama baik dari UNDP maupun BPBD propinsi dan kabupaten. Untuk diketahui bersama semua berjalan dengan baik, tetapi masih ada yang belum kami lakukan seperti penanaman pohon disepanjang lereng bukit,” kata Ullu .
Tim yang hadir dalam monitoring dan evaluasi ini selain UNDP juga hadir pejabat dari BPBD Propinsi NTT, Aloysius Nadfang, Ahmad Dahlan, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Alor, Paul Nuhang Kasi Pencegahan BPBD Kabupaten Alor dan Kepala Sub Bidang Seni Budaya dan Sumber Daya Lingkungan Bappeda Alor, Alfred Laubela,SE. (**)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar